Jalinan Fana Menyatu Dengan Kehidupan Menyusuri Jalan Pulang

Jalinan Fana: Menyatu dengan Kehidupan, Menyusuri Jalan Pulang

Terkadang, hidup mengajarkan makna melalui luka yang paling dalam, melalui perjalanan batin yang tak terduga. Jalinan Fana adalah kisah tentang ketangguhan seorang wanita dalam menghadapi badai hidup─dari pertempuran melawan depresi dan bipolar disorder, hingga perjuangannya memperbaiki hubungan dengan dirinya, keluarga, pasangan, sahabat, dan Tuhan. Di tengah kekalutan jiwa, ia belajar mengurai makna dari setiap ujian, mengenal dirinya kembali, dan menguatkan langkah melalui refleksi Islami yang mendalam. Dibumbui kutipan Al-Qur’an, syair, dan pesan-pesan bijak dari tokoh terkenal, buku ini mengajak pembaca menyusuri setiap babak dalam hidup yang fana, mencari makna dan ketenangan di tengah kekacauan. Jalinan Fana bukan sekadar perjalanan pribadi, tetapi juga undangan untuk merenungi, menemukan harapan, dan menginspirasi siapa pun yang sedang mencari arah. Untuk siapa saja yang merasa kehilangan, yang tengah berjuang, dan yang ingin menemukan damai dalam hati─Jalinan Fana hadir untuk menemani dan menguatkanmu.

Indonesian Poet in New York

TAJ

When his queen, Arjumand Banu - Mumtaz-i-Mahal, the Chosen One of the Palace - died, Shah Jahan wanted to build a monument that was the image of his perfect love for her. For twenty-two years, twenty thousand men laboured day and night to fulfil the emperors obsession. The result was the Taj Mahal, a marble mausoleum lined with gold, silver and precious jewels. This powerful novel narrates the story of the Taj on two parallel levels. The first one tells the passionate love story of Shah Jahan and Arjumand till her death through the voices of three main characters - Arjumand, Shah Jahan and Isa, Arjumands favourite eunuch. The second recounts the later years of Shah Jahans reign, the building of the Taj Mahal and the bloody pursuit of the fabled Peacock Throne by his sons. Intertwined with the narrative about the building of the Taj is the story of Murthi, the Hindu craftsman sent as a gift to the emperor to carve the famous marble jali around Arjumands sarcophagus. In this complex and fascinating book, Murari has written much more than a historical romance. He has skillfully recreated the period against which the story is set: the opulence of the palace and the grinding poverty of seventeenth-century India, the vicissitudes of Shah Jahans reign and the often bitter conflict between men of different faiths